Tuesday, 18 April 2017

Film Kartini

Dian Sastro Wardoyo peran Trinil Film "Kartnini"
2 Hari lagi kita akan mengenang sejarah Ibu Kita Kartini yang sudah ramai di masyarakat, salah satunya film garapan Hanung Bramantyo “Kartini” yang diperankan oleh Dian Satro Wardoyo, Ayushita Nugraha, Acha Septriasa, Nova Eliza, Chistine Hakim, Reza Rahardian, Dedy Sutomo, Deny Sumargo, dll.

Film ini menceritakan tentang wanita Jepara yang menjadi simbol perjuangan kaum wanita, dimana wanita Jepara tidak hanya ingin membongkar praktik ketidakadilan tetapi juga menolak tunduk pada godaan untuk berlaku tidak adil. Seperti dalam adegan film “Kartini” dimana para Belanda meminta dibuatkan ukiran yang di sketsa apik oleh 3 serangkai Daun Semanggi yaitu Kartini, Kardinah dan Roekmini di tolak oleh Kepala suku pembuatan ukiran, namun pak Kabupaten yang diperankan oleh Dedy Sutomo memberi ultimatum “jika kalian menolak permintaan Putri kami berarti kalian menentang saya”

Kartini, Kardinah dan Roekmini adalah anak dari perwakinan Ngasirah yang diperankan oleh Christine hakim dan Dedi Sutomo, dimana Ngasirah ditendang dari kabupaten dikarenakan bukan dari kalangan bangsawan. Namun Trinil sebutan kartini merupakan burung kecil yang lincah dan bersuara nyaring membungkus seluruh pergolakan dan pemberontakannya terhadap feodalisme.

Kartini Dian Sastrowardoyo
Film kartini di tata apik oleh Hanung Bramantyo seperti dalam adegan kocak dan konyol yang diperankan oleh ke tiga serangkai daun semanggi, ketika budaya priyai melawan penjara pingitan dan nekat memanjat tangga untuk duduk di atas tembok pembatas rumah dan kedua adik perempuannyapun tanpa rasa bersalah mengikuti sang kakak. Di sisi lainpun tiga serangkai tidak segan menyingkap kainnya sedikit lebih tinggi saat berlari menantang ombak.

Film Kartini versi Hanung Bramantyo beda dengan versi Sjumandjaya (R.A Kartini tahun 1984), dan versi Azhar Kinoi Lubis (Surat Cinta untuk Kartini tahun 2016). Versi Sjumandjaya membicarakan Kartini lebih detil dan menyeluruh, sedangkan versi Hanung Bramantyo lebih menekankan pada perjuangan Kartini mengedepankan pendidikan dan kritik terhadap pengekangan, poligami serta perkawinan yang diatur. Lebih mendetil lagi diulas dimulai dari umur 4 tahun Kartini tidak boleh tidur dengan ibunya karena Ngasirah bukan bukan orang bangsawan, dan film ini ditekankan bahwa prinsip “Golden rule” atau aturan emas yang diajarkan hampir dalam semua budaya dan agama : “apa yang kita tidak ingin orang lain lakukan kepada kita, jangan lakukan itu kepada orang lain.

Apakah Trinil akan mendapatkan Bea Siswa atau Menikah dengan seorang bupati.
Penasaran …. !!!
Yuk kita tonton film “kartini” hanya dibioskop kesayangan anda, tayang serentak tanggal 20 April 2017.

Salam
Sumiyati Sapriasih

Email : sumiyatisapriasih@yahoo.com

6 comments :