Sore
hari ini, tepatnya tanggal 20 Mei 2019 kita bersama-sama akan berdiskusi
tentang sastra islam yang menjadikan sebuah rangkaian diskusi tentang kesenian
dan budaya islam, dimana pekan lalu kita berdiskusi tentang perfilman islam,
musik dalam islam dan sastra islam. Oleh sebab itu kita akan mendengarkan sambutan
sekaligus membuka diskusi ini yang akan dijadikan fatwa berkesenian secara luas
khususnya sastra islam dengan berhajat dan sangat berharap sekali didatangi
komisi fatwa karena banyaknya persoalan perfilman dan sastra islam yang
memerlukan fatwa dari MUI komisi fatwa, begitu ungkapan dari Kiyai H. Habiburahman El Shirazy selaku
Ketua Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Islam.
Seorang Sastrawan bapak Ahmadun Yosi
Herfanda bersosialisasi bahwa Forum
group diskusi (FGD) atau disebut juga Kelompok Diskusi Terkumpul yang
diselenggkaran oleh Komisi Seni Budaya Islam, di kantor MUI Pusat Jl.
Proklamasi No.51. Diskusi ini merupakan diskusi serial, yang pertama tentang
perfilman, kedua sastra islam yang nantinya akan diangkat ke Forum Kongres Seni
Budaya yang merupakan satu ikhtiar yang perlu di beri apresiasi. atas nama
pimpinan MUI kami memberikan dorongan untuk berlangsung kegiatan ini yang dapat
memberikan fatwa kepada para pekerja seni dan para sastrawan Indonesia, agar
sastra bisa sesuai dengan nilai moral agama dan nilai yang telah disepakati dalam bermasyarkat dan bernegara.
Sastra
islam tidak diperlukan sertifikasi halal, karena nilai nilai universal sudah bisa
diterima semua kalangan, namun perlu ada-nya panduan sebuah nilai sastrayang dibinakan dari muatannya. Cerpen yang layak
diterbitkan ada semacam sertifikasi dukungan dalam pedoman pemilihan karya.
Kalau di Mesir banyak sastra islami, ketika Toha Husein membawakan karyanya
dengan cara berpikir terutama ulama ulama Al-Azhar. Punya pandangan agak
kontroversi yang menyangkut islam mendominasikan sastrawan dan ilmuwan.
Menurut
sastrawan bapak Ahmadun Yosi Herfanda
akan memberikan berbedaan salah satu nilai sastra secara sederhana Yaitu :
- Karya Ayu Utami dengan novel “SAMAN” yang menggambarkan nilai sastra bercerita tentang seksualitas dari perspektif yang masih tabu pada masanya sehingga mengundang kontroversi.
- Karya H. Habiburahman El Shirazy dengan novel “Ayat-ayat Cinta” adalah sebuah karya sastra yang berhasil memadukan dakwah, dengan tema cinta dan latar belakang budaya islam. Pesan yang disampaikan tidak terasa menggurui, sehingga novel ini berhasil membawa pembaca ke dalam latar novel yang bernuansa sosial-budaya.
Menurut
Ketua MUI bapak KH. Shodiqun bahwa
sastra islam itu sangat menyenangkan masyarakat sehingga membuat mereka merasa
bahagia bahwa islam itu indah. Dimana sebuah keindahan berlatar dari akar
Aqidah Islam. Dari aspek realitas islam di Indonesia bahwa novel cukup subur
setiap sebulan sekali terbit karya baru 36 – 50 novel. Oleh sebab itu perlu
dimanfaatkan dan diberi bacaan islam yang menarik yang dapat memberikan sesuatu
kepada pembaca.
Pakar
Sastra Arab UI Dr. Bastian Zulyeno
Sastra
islam di Indonesia sudah ada di nusantara sejak dahulu kala dengan begitu
banyak devinisinya. Jadi sastra itu sebuah karya yang bernuansa islam atau
berunsur islam. Ada orang islam bersastra artinya, sastra islam tidak sama
dengan sastra muslim. Tetapi mengingatkan diri :
- Bahwa sastra berkembang dan tumbuh dengan budaya tidak lepas dari sejarah kebudayaan yang tumbuh di masyarakat.
- Sastra pada hakekatnya sebelum kita berbincang, bahwa sastra berasal dari arab
- Sastra mengandung nilai-nilai islami yang sangat penting dalam pengembangan islam.
Dalam
FGD ini, Penulis Novel Helvy Tiana Rosa mengatakan bahwa yang menarik buat
pegangang saya ketika pak Bangun rangkutih berkata bahwa sastra islam dibuat
oleh mereka yang punya wawasan ke islaman yang cukup bertujuan membangun jiwa
pembacanya. Bila tidak punya wawasan keislaman yang cukup maka sastra anda akan
kacau karena akidah syariah ahlak dalam Islam mengatur bahwa hukum syariah
adalah aktifasi yang amaliah.
Mencintai
seseorang sekalipun sudah ada tuntunan begitu dia menjelma di dalam tulisan
mana yang boleh masuk dan mana yang tidak boleh tidak masuk. Prinsip-nya pada
value sekalipun bukan islam bisa dikategorikan tidak ada syarat muslim dengan 2
level yaitu terkait content dan cara penyampaian. MUI mengeluarkan Sertifikasi
kesesuaian syariah,
Demkianlah
Forum Group Diskusi ini ditutup dengan azan magrib dan peserta yang hadir untuk
menikmati hidangan berbuka puasa
Salam
Blogger
Sumiyati
Sapriasih
Wa
No. 085779065707
Email
: sumiyatisapriasih@yahoo.com
Ini lanjutan pertemuan film lalu yach bunda, sangat menginspirasi sekali dengan tema tema nya, apalagi tentang sastra
ReplyDeleteiya kak Made, diskusi berlanjut karena kita akan mengumpulkan pendapat dari narasumber ketkia forum grup diskusi untuk dinaikkan ke road to rakornas
Deletesama-sama kakak, forum grup diskusi ini harus disebar luaskan untuk minta pendapat narasumber maupun masyarakat untuk nantinya kita naikkan ke road to rakornas
ReplyDelete